Jakarta | pantauterkini.com | Presiden Joko Widodo pagi ini sekitar pukul 08.30 WIB atau 09.30 WITA, Minggu 12 Maret 2017, telah melakukan pembicaraan melalui telepon dengan Raja Salman Bin Abdul Aziz Al-Saud yang sedang berada di Bali.

    Dalam pembicaraan melalui telepon tersebut, sebagaimana disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kepada Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Presiden menyampaikan selamat jalan.

    "Terimakasih atas kunjungan Raja dan delegasi," ucap Presiden sebagaimana disampaikan Retno.
    Retno menambahkan bahwa dalam dua bulan ini, Presiden akan mengutus menteri terkait untuk merealisasikan hasil kunjungan Raja Salman ke Indonesia.

    Sementara itu, Raja Salman menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat yang diberikan pemerintah dan masyarakat Indonesia, serta merasakan kegembiraan selama dirinya dan rombongan berada Indonesia. "Raja berharap saling mengunjungi, baik pihak pemerintah dan swasta dari kedua negara dapat diintensifkan," ucap Retno.

    Menjelang keberangkatan pada pukul 11.13 WITA, Raja Salman menerima kunjungan kehormatan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di St Regis Hotel Bali.

    Dalam pertemuan itu, Raja Salman mengulang pesan yang telah disampaikan kepada Presiden mengenai pentingnya peningkatan kerjasama terutama saling mengunjungi baik dari pihak pemerintah maupun swasta guna menindaklanjuti hasil kunjungan Raja Salman ke Indonesia.

    "Menurut Raja Salman, sebagai dua negera dengan ekonomi yang terbuka, tentunya akan lebih mudah bagi kedua negara untuk meningkatkan kerjasama  ekonomi," ucap Retno.

    Raja Salman berada di Indonesia sejak tanggal 1 Maret hingga 12 Maret 2017. Setelah melakukan kunjungan kenegaraan pada tanggal 1 Maret hingga 3 Maret 2017 di Bogor dan Jakarta, Raja Salman meninggalkan Jakarta untuk berlibur di Bali sejak 4 Maret hingga 12 Maret 2017.

    "Pada hari ini, Minggu 12 Maret 2017 pukul 11.13 WITA, pesawat yang membawa Raja Salman dan rombongan menuju Jepang melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali," ucap Retno.

    Turut mengantarkan keberangkatan Raja Salman menuju Jepang, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Gubernur Bali I Made Mangku Pastika dan Dirjen Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri Andri Hadi.

    Jakarta, 12 Maret 2017
    Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden
    Bey Machmudin



    pantauterkini, Jakarta , Secara prinsip, Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) mendorong agar informasi tidak dijadikan komoditas produksi, sehingga aturan media massa dikelola hanya oleh perusahaan, seperti PT dan semacamnya, bertentangan dengan hakekat informasi yang berfungsi sosial. Ketika informasi masuk ke ranah perusahaan, maka berlaku hukum ekonomi "dengan modal sekecil-kecilnya, mendapatkan untung sebesar-besarnya". Dalam kondisi itu, kejernihan dan kejujuran informasi menjadi tereduksi, dan pada tahap kritis, akan hilang ditelan tebal-tipisnya amplop.

    Bagi PPWI, jurnalistik (yang obyek utamanya adalah informasi) merupakan dunia belajar-mengajar di tengah-tengah masyarakat tanpa batas ruang dan waktu. Jurnalisme adalah dunia pendidikan, yang oleh karenanya harus tetap steril dari kegiatan transaksional ekonomi-bisnis. Sama seperti sekolah, kampus, madrasah, jika dikelola oleh entitas badan usaha berupa PT, dapatlah dibayangkan betapa hancurnya peradaban manusia di negeri ini suatu saat nanti, akibat harga informasi yg demikian mahal, yang pada sisi lain kebohongan informasi merebak meracuni generasi demi generasi.


    Satu lagi, jangan bermimpi menjadi kaya, atau minimal hidup mapan dengan menyandarkan diri pada kerja-kerja jurnalistik, hampir mustahil impian itu dapat diraih, kecuali berdagang informasi dengan ramuan kebohongan dan tipu-tipu. PPWI meletakkan dasar anggapan bahwa jurnalisme hanyalah sebagai perahu belaka, bukan tujuan, juga bukan mesin produksi. Melalui jurnalisme, setiap penumpang perahu akan bertemu banyak orang, banyak pihak, dari berbagai latar belakang. Pertemuan-pertemuan itulah yang memberi peluang bagi setiap pelaku jurnalisme (profesional maupun pewarta warga) membangun relasi bisnis untuk menunjang hidup dan kehidupannya.


    Demikian untuk menjadi maklum dan sebagai referensi bagi semua Pewarta Warga Indonesia. Terima kasih #Wilson-PPWI

    Tak banyak orang memilih sebuah pilihan bisnis dari situasi pekerjaan yang cukup mapan beralih pada sebuah pilihan baru yang mungkin tak mudah pula untuk dijalani. Bisa dibilang ini sebuah keputusan sulit. Namun demi permintaan keluarga terutama sang suami, Redia Frisna Rista mantap memutuskan keluar dari pekerjaan yang mungkin banyak diidam-idamkan orang, berada dalam sebuah perusahaan tambang yang bonafit PT Freeport Indonesia.
    Bekerja hampir 23 tahun di tekuni dan telah menduduki jabatan yang cukup mapan dibidang hubungan pemerintahan pertambanagan Freeport Indonesia, Redia tipekal wanita yang tak mudah menyerah menghadapi berbagai rintangan dan tantangan dalam membangun usaha kuliner ayam organik O’Chicken .” Bekerja dalam  dunia pertambangan freeport tak cukup hanya 1 x 24 jam waktu untuk pekerjaan itu. Bisa saya katakan waktu saya 2 x 24 jam untuk pekerjaan itu, hingga kualitas pertemuan kepada keluarga sangatlah minim. Atas permintaan sang suami dan dengan kesadaran tinggi, saya ikhlas meninggalkan pekerjaan tersebut beralih pada fokus usaha yang sudah 4 tahun pula saya geluti sambil bekerja,” ujar Redia bercerita awal mula kembali fokus menata bisnis kuliner cepat saji ayam organiknya yang sempat drop.
    Kini apa yang dibangun selepas keluar dari pekerjaan  sejak 2014 mulai terasa  hasilnya. 80 outlet O’Chicken yang dirintis sudah ekspansi dan tersebar di berbagai wilayah Jawa dan Sumatera .10 outlet barupun rencana akan menyusul di launching pada pertengahan maret di wilayah Bandung Barat, pesantren-pesantren Kuningan serta di Tasikmalaya.
    Berkonsep syar’i mengutamakan halal dan thoyib mulai dari menyediakan bahan baku ternak hingga sajian kuliner menjadi landasan berbisnisnya mengembangkan usaha sajian kuliner ayam organik bagi masyarakat muslim Indonesia khususnya.” Usaha ini berharap terus berkembang  untuk mereka, khususnya kaum muslim yang ingin join dalam usaha kuliner berbaku utama organik, baik ayamnya maupun beras. Agar O’Chicken dapat memberi sajian sehat bagi masyarakat luas khususnya anak-anak,” ujar Redia Frisna Rista Tambunan, wanita berdarah batak Sumatera Utara ini menjelaskan penuh semangat.

    Ayam Organik.
    Berpartner bersama sang suami Luqman Hakim, Redia memulai bisnis kuliner ayam organik. Dari bahan baku Ayam yang menjadi bahan andalan kuliner O’Chicken, sang suami berternak ayam khusus organik diwilayah Purwakarta Jawa barat. Ribuan ayam organik dihasilkan untuk bahan baku olahannya. Tak semudah umumnya ayam ternak non organik di budidayakan, memiliki usaha ternak ayam dirasa punya resiko cukup tinggi dalam me-maintenance nya.Seringkali satu ayam sakit bisa menjalar pada ribuan ayam yang ada, hingga tak jarang panen pun gagal dan membuahkan kerugian yang tidak sedikit.
    Kendala lain yang dirasakan Redia dan suami saat awal usaha ayam organik adalah distribusi penjualan, seringkali hasil panen yang ada ternyata masih kurangnya pembeli sehingga penyimpanan ayam potong di cold storage banyak terbuang akibat ayam potong tersebut sudah tak layak konsumsi karena terlalu lama di penyimpanannya. Tak jarang saat awal usaha ternak Redia menawarkan hasil ternak yang sudah dipotong kepada sahabat-sahabat  dekat, keluarga, kelompok masyarakat lingkungan rumah, RS dan rekanan –rekanan lain yang tertarik berbisnis ayam potong organik. Hal itu  dirasa menjadi kendala karena masih terbatasnya animo masyarakat pada ayam organik selain belum mendapat agen dan penge-poll skala besar yang membeli dan menampung hasil ternaknya kala itu.
    “ Di awal usaha saya kadang memodali mereka coldstorage atau freezer untuk menyimpan ayam potong hasil ternak yang akan dijual kekonsumen atau pembeli langsung. Dan tak jarang pula akhirnya saya kehilangan freezer yang saya berikan kemitra usaha setelah kontrak selesai, Freezer tak kembali,” ungkap Redia menceritakan kendala awal usaha ternak ayam organik milik suami .
    Atas berbagai kendala yang dihadapi dan hoby  sang suami meracik menu masakan  disamping anak-anakpun gemar memakan ayam goreng, akhirnya selain dijual umum ayam potong hasil ternak yang ada, tercetuslah  gagasan mengembangkan usaha kuliner cepat saji berbahan ayam potong organik dari ternak yang dimilikinya sebagai sajian bahan baku utama. Dari mana mereka punya ide itu? Dari anak-anak mereka sendiri. Dua anak Redia-Luqmanadalah penggemar ayam goreng. Tapi setiap kali makan ayam goreng, kulit anak-anak itu gatal-gatal. Alergi.Dari hasil pemeriksaan dokter, terbukti bahwa obat-obatan antibiotik pada ayam dan hormon penggemuk ayam itulah yang membuat anak-anaknya alergi.


    Maka, Luqman pun terpikir untuk beternak ayam yang semua makanan dan minuman / vitamin ternaknya terbuat dari bahan-bahan alami. Namun, modal dan biaya  untuk menjadi peternak ayam organik ini tak murah. “Habisnya sudah lebih banyak dari 1 miliar rupiah. Karena suami saya memang tertarik ke ayam organik, makanya dia tetep tekun,” ujar Redia.
    Dari awalnya memiliki peternakan sendiri, dan kemudian selalu titip potong hasil ternak di tempat pemotogan ayam, akhirnya tergagas pula untuk memiliki RPA sendiri  lewat pengawasan dinas perternakan dan pertanian. Dengan RPA  bersertifikasi halal yang dimilikinya menjadi modal utama dalam sajian bahan baku kuliner yang dirintis dan dibangunnya kemudian. “ Sangat saya pikirkan sertifikasi halal dan thoyib ini mulai dari bahan baku ternaknya, pemotongan atau RPAnya hingga sajian kuliner yang ditawarkan langsung ke konsumen penggemar ayam goreng organik atau O’Chicken ,” ujar Redia Frisna Rista menjelaskan keutamaan berbisnis kuliner syar’i yang dijalaninya.

    Kuliner O’Chicken
    Makanan organik atau makanan yang bebas pestisida saat ini memang sangat digandrungi oleh masyarakat. Kampanye gaya hidup sehat yang semakin marak dijalankan membuat tren hidup sehat makin memasyarakat, termasuk dalam pemilihan menu makanan. Walhasil, kebutuhan dan permintaan akan makanan sehat dan bersifat organik ini semakin hari semakin besar.
    Hal ini membuat peluang potensial bagi para pebisnis untuk menjalankan bisnis kuliner organik. Salah satu bisnis yang menyediakan makanan organik adalah O’Chicken. O’Chiken yang dikembangkan Redia Frisna Rista mencoba menawarkan produk ayam goreng organik yang menyehatkan. Lalu seperti apa bisnis ayam goreng organik O’Chicken ini?
    Ayam organik yang dipakai sebagai bahan utama pembuatan ayam goreng O’Chicken sendiri dibudidaya secara khusus dengan pemberian pakan alami mulai dari jagung, dedak, tepung ikan,lidah buaya  dan lain sebagainya. Selain itu, dalam mengejar bobot ayam, Redia tidak menggunakan bahan kimia sintesis, namun menggunakan ramuan herbal berupa jamu khusus sebagai probiotik alami.Disamping itu, khusus untuk minuman ternak tak jarang redia menggunakan madu sebgai campuran agar kondisi ternak terjaga dari ancaman penyakit yang ada. “ Tak jarang ancaman kematian ternak sering terjadi, oleh sebab itu berbagai hal harus dijaga mulai dari kebersihan kandang ternak yang harus disteril 2 minggu saat akan digunakan kembali bila masa panen dan potong usai dilakukan. Serta Inspeksi dan pengawasan rutin ternak oleh dokter hewan profesional serta pemilihan pakan yang teratur dan baik,juga salah satu usaha yang dilakukan mengatasi gagal panen dan tentu juga bagian dalam meningkatkan mutu ayam organiknya ” ungkap Redia
    Yang membedakan ayam organik dengan ayam ternak non organik adalah tak ada satupun unsur penyuntikan hormon untuk mengejar bobot ayam agar sama selain asupan pakan pun kadang menggunakan pakan yang diberi antibiotik dan ramuan kimia kepada ayam ternak umum. “ Karena itu durasi ternak aya non organik lebih cepat maksimal 21-24 hari mereka sudah bisa dipotong dan bobot ayam bisa sama. Berbeda dengan ayam organik bisa mencapai 45 hari dan itupun bobot tak bisa disamakan, dengan kata lain dari 10 ribu ayam yang ada biasanya hanya 3300 ekor ayam yang memenuhi standar bobot 1,2 kg. Selebihnya tak jarang lebih kecil dan akhirnya ta bisa digunakan untuk bahan baku kuliner O’Chicken,” tegas Redia. Solusinya ayam-ayam organik yang dibawah bobot biasanya digunakan sebagai bahan baku pilete atau dijual umum kemasyarakat atau pasar .
    Dengan pembudidayaan secara khusus tanpa bahan-bahan kimia ini maka ayam yang dihasilkan pastinya akan lebih sehat karena tidak mengandung residu anti biotik, rendah lemak dan bebas bakteri berbahaya. Hasilnya, ayam yang dibudidaya dengan cara organik ini akan memiliki tampilan yang lebih segar dan rasa yang lebih enak dari ayam biasa. “ Umumnya daging ayam organik terasa lebih manis, karena efek minuman bercampur madu yang terserap dalam darah ayam tersebut,” ujar Redia.

    Dengan memperoleh berbagai sertifikat untuk bisnis O’Chicken mulai dari sertifikasi halal MUI hingga pengawasan laboratorium Departemen Peternakan dan Pertanian Bogor, Jawa Barat. O’Chicken makin melebarkan sayap bisnis kuliner ayam gorengnya dengan berbagai variasi menu makanan yang diracik khusus dan dimiliki hanya di O’Chicken saja. “ Saya berharap O’Chicken berkembang seperti waralaba alpa dan indomart. Di tiap sudut wilayah ada. Target saya setahun bisa memiliki 300 outlet O,Chicken diseluruh wilayah Jawa,Bali dan Sumatera,” ungkap redia yang kini juga menawarkan kemitraan pada masyrakat muslim untuk mengembangkan bisnis ayam organik yang berbasis syar’i (halal  & thoyib mulai dari proses pemotongan hingga penyajian hidangannya). Tatkala orang lapar yang ada dipikirannya dimana O’Chicken terdekat, itulah obsesi seorang Redia Frisna Rista berharap bisnisnya lebih berkembang dimasa mendatang..Smoga  - Beng Aryanto

    ,

    Kaltim Terkini  | Jakarta - Indonesia kekurangan bakat cyber security dan itu menimbulkan masalah yang sangat nyata dalam industri strategis, pertahanan, kesatuan bangsa dan bisnis. Bayangkan jika ekonomi sudah berbasis digital, berapa tenaga ahli yang dibutuhkan dalam menangani masalah ini. Kekuatan SDM (Sumber Daya Manusia) sama pentingnya dengan kekuatan teknologi itu sendiri. Dalam dunia industri, baik perbankan, telko dan instansi pemerintahan, hampir seluruh negara didunia, telah memakai teknologi sebagai basis aktifitas kinerja kerjanya. Teknologi akan terus berkembang pesat tiap tahun kedepan tanpa batas.

    Dalam berbagai macam masalah IT, unsur sumber daya manusia (SDM) juga memegang peranan utama, untuk itu sangat perlu dipikirkan dan dipersiapkan guna mencegah ketimpangan pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi. “Survey yang pernah saya baca, dunia butuh 15 juta tenaga expertis untuk cyber security. Indonesia kini butuh 1000 tenaga ahli (expert) cyber security diluar officer untuk berbagai kebutuhan instansi pemerintah, dunia industri, perbankan, telko dan lain sebagainya,” ujar Eva Noor (30/1), CEO PT Xynexis International dalam acara launching kegiatan Born to Control sekaligus pers konfrens yang dihadiri dan  dibuka oleh Menteri  Komunikasi dan Informatika  di  Jakarta.
    Untuk menyikapi dan menanggulangi kekurangan tenaga cyber security, perlu dilakukan terobosan supaya tidak terjadi ketimpangan antara majunya teknologi Informatika dengan SDM atau tenaga pengawasan khusus dibidang IT. Karena itu Xynexis International melahirkan inovasi baru dengan gagasan program Born To Control (BTC) bekerjasama dengan Kementerian Informasi dan Telekomunikasi Indonesia (KOMINFO), serta menggandeng Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer (APTIKOM) yang akan membantu menyediakan 10 Universitas di 10 kota  secara roadshow, mulai  April-Mei 2017 juga Noosc Academy yang berpengalaman mengembangkan teknis sistem untuk hacking games dalam mengaplikasikan dan menjalankan program tersebut untuk masyarakat luas. “ Teman- teman yang berkecimpung didunia cyber security inilah yang mewadahi gagasan tersebut, agar  program pelatihan untuk  SDM yang memiliki minat menggeluti dunia cyber security dapat diturunkan ilmunya kepada mereka yang berminat ,” ujar  Rudiantara (30/1), Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) di sela-sela  acara launching program BTC di Jakarta.
    Born to control adalah program pencarian bakat cyber security di Indonesia dan satu-satunya di asia, bertujuan menciptakan keseimbangan SDM yang ada, agar dapat mengatasi permasalahan kemajuan teknologi informatika saat ini. “ Gagasan ini fokusnya  pada 3 kritikal sektor, Perbankan  dan Finance, SDM serta masalah  Transportasi. Hal ini didasarkan atas pengalaman dan permasalahan utama di dunia.” ujar Rudiantara
     Kebutuhan punggawa pengawas sistem keamanan cyber seiring kemajuan jaman akan terus dirasakan penting keberadaannya selain menghimpun generasi muda yang punya passion terhadap cyber security dan kemudian bisa di-didik dengan baik agar bisa terjun langsung membantu industri maupun pemerintah dalam menjaga keamanan informasi di Indonesia. Born To Control (BTC) juga diharapkan menjadi wadah (talent pool) bagi generasi muda yang ingin terjun kedunia IT khususnya  cyber security, sekaligus menjadi wadah bagi industri yang membutuhkan talent cyber security di Indonesia dengan target harapan menjaring minimal 10 ribu bakat SDM untuk ikut seleksi di dalam cyber security untuk tahun 2017.
    ” Born to control  bukan untuk mengkontrol, tapi lebih pada menjaga negara Indonesia ini, khususnya di dunia bisnis dari cyber trade. Untuk menjaga dan menghindari itulah diperlukan SDM yang tangguh dan mengerti akan cyber security. Oleh karena itu born to control digagas untuk  menciptakan  dan mengembangkan  SDM dikemampuan tersebut.” papar  Rudiantara.

    Roadshow 10 Kota
    Kementerian kominfo pada tahun 2017 ini melakukan awarnes roadshow ke 10 kota di Indonesia meliputi : Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Bali, Samarinda, Makasar dan Manado. Informasi perihal Born To Control bisa dilihat lewat situs resminya https://www.borntocontrol.id/registration atau https : //www.borntocontrol.com/registration. Hingga Minggu siang (29/1), tercatat lebih dari 1.700 kandidat gladiator  cyber security yang mendaftar. 

    Jika  terpilih menjadi kandidat  Gladiator Cyber Security Indonesia (GCSI) dalam acara roadshow BTC di 10 kota di Indonesia, maka peserta masuk kedalam talent pool Born to control. Dimana semua yang daftar walaupun tidak menang akan mendapatkan kesempatan online training secara gratis. seluruh peserta berhak menjadi anggota BTC yang akan mengasah kemampuan cyber security menjadi lebih baik. Pemenang akan mendapatkan Beasiswa  dan hadiah-hadiah menarik serta mendapat kesempatan magang di perusahaan ternama di Indonesia serta mendapat kesempatan kerja dan bertemu dengan pimpinan perusahaan-perusahaan ternama.
    “Khusus program pencarian bakat di cyber security ini, tidaklah harus mengerti IT. Karena dengan memiliki ketertarikan saja sudah cukup yang kemudian akan dihimpun dan diberikan training khusus di bootcamp yang akan di selenggarakan 2 minggu pada tahapan kedua setelah lolos seleksi awal dalam menjaring para kandidat,” lanjut Eva Noor menjelaskan.
    Dari 1.000 peserta dalam tiap kota, diharapkan dapat terseleksi 100 orang terbaik dalam tiap daerah dan diberi pembinaan character building serta training khusus dengan standar internasional . Pembinaan bertujuan agar menciptakan tenaga yang baik bukan hanya keahlian IT-nya saja, namun juga menghasilkan sebuah mindset yang baik pula dari seseorang kandidat yang terpilih kelak. “ Target penjaringan tahun pertama 100, diambil dari seribu yang terbaik dalam seleksi yang diadakan, kedepan tentu akan lebih dari itu ,” ungkap Rudiantara.
    “Pembinaan karakter ini di anggap perlu karena banyak orang cerdas dan memiliki keahlian bagus, namun banyak sekali dijumpai keahlian tersebut digunakan pada hal-hal yang kurang baik atau negatif. Khususnya didunia IT,” ujar Eva menjelaskan agar mindset SDM minimal dapat membela dirinya sekaligus juga jadi punggawa atau gladiator pembela bangsa dan negara dalam serangan cyber yang bisa saja menjadi sebuah ancaman serius kedepan.
    Dalam Pencarian bakat ini, Target yang di sasar untuk SDM Born To Control adalah semua warga negara Indonesia, berumur 17 tahun keatas dan yang berpendidikan menengah atas, hingga perguruan tinggi tanpa batas umur. Semua tentu akan ada tes awal. Walau kandidat yang ikut hanya berbasic pendidikan sekolah menengah atas dan tidak berlanjut keperguruan tinggi,namun berbakat dan punya ke inginan kuat. Bagi mereka yang terpilih menjadi kandidat terbaik akan mendapat apresiasi dalam bentuk beasiswa pendidikan selain diberi saluran kesempatan bekerja pada perusahaan atau instansi yang membutuhkan.
    Program Born To Control dirasakan sangat penting diselenggarakan agar tidak terjadi ketimpangan teknologi yang melesat jauh dengan SDM yang ada. Hal ini juga dirasakan penting agar pemerintah seyogyanya tidak lagi mengimpor atau mendatangkan tenaga ahli luar dalam penanganan masalah cyber security di negeri ini. Bila hal ini terjadi sudah barang tentu sangat merugikan dan membahayakan ketahanan dan pertahanan bangsa.
    Dilema yang muncul adalah, disatu sisi Indonesia butuh pengembangan teknologi dalam industri bisnis dan tatakelola pemerintahan.Disisi lain SDM yang dimiliki terbatas dan tidak menutup kemungkinan bila tenaga ahli luar yang di berdayakan, kedepan akan membawa masalah serius dan besar apalagi berbicara kerahasiaan data, dimana masalah yang muncul menjadi sebuah keamanan yang cukup sensitif khususnya pada masalah ketahanan dan pertahanan bangsa dalam berbagai sektor.
    “Disinilah akhirnya kita berbicara bagaimana kita menjaga sebuah kedaulatan bangsa dari peran cyber security dalam menangkal kemungkinan cyber war yang bisa saja terjadi. Kelak kedepan sudah tepat kiranya kita punya generasi yang memiliki mindset bela dirimu dan bela bangsamu,” tegas Eva Noor. (beng aryanto/Deddy Djumhana )

    KALTIM TERKINI | Nasional, Komisioner KPU melaporkan kesiapan Pilkada serentak 2017 dan Pemilu 2019 mendatang

    Presiden Joko Widodo bersama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mendiskusikan persiapan pelaksanaan Pilkada serentak 2017 dan juga Pemilu tahun 2019. Selain itu, KPU juga mengundang Presiden Joko Widodo untuk membuka acara Asian Electoral Stakeholders Forum (AESF) yang akan berlangsung di Bali pada 22-26 Agustus mendatang.

    Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan KPU dilangsungkan di Istana Merdeka pada Selasa, 9 Agustus 2016. Mendampingi Presiden dalam pertemuan tersebut Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

    Adapun sejumlah komisioner KPU yang hadir dalam pertemuan tersebut ialah Ketua KPU Juri Ardiantoro serta Arief Budiman, Hadar Nafis Gumay, Ida Budhiati, Ferry Kurnia Rizkiansah, dan Sigit Pamungkas selaku anggota KPU. Arief Rahman Hakim selaku Sekretaris Jenderal KPU juga turut mendampingi keenam komisioner KPU.

    Memberikan keterangan usai pertemuan dengan Presiden, Ketua KPU Juri Ardiantoro menerangkan kesiapan KPU untuk menggelar Pilkada 2017 yang dilaksanakan secara serentak. Anggaran pelaksanaan pun disebutnya sudah mencukupi.

    "Kami laporkan bahwa persiapannya sudah on the track sebagaimana yang sudah kami rencanakan dan jadwalkan. Seluruh daerah, 101 daerah, yang akan melaksanakan Pilkada 2017 anggarannya sudah tersedia," terangnya.

    Juri juga menyebut, KPU melaporkan kepada Presiden mengenai pelaksanaan Pilkada 2015 yang lalu. Secara umum pelaksanaan Pilkada 2015 dapat dikatakan baik meskipun terdapat sejumlah kecil daerah yang tertunda akibat sengketa pencalonan yang terjadi.

    *Percepatan Revisi Undang-Undang Penyelenggaraan Pemilu*

    Sementara itu, terkait dengan pelaksanaan Pemilu 2019 yang semakin mendekat, KPU berharap kepada pemerintah untuk segera menyelesaikan revisi Undang-Undang Penyelenggaraan Pemilu. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah kerja KPU yang akan memulai persiapan Pemilu 2019 di tahun 2017. 

    "Kami menyampaikan supaya Undang-Undang penyelenggaraan pemilu itu bisa didorong untuk selesai pembahasan dan pengesahannya kalau bisa di akhir 2016," ujar Juri.

    Terhadap keinginan tersebut, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang ikut memberikan keterangan dalam kesempatan yang sama menyebut bahwa pemerintah merespons secara positif keinginan dari KPU tersebut.

    "Mudah-mudahan pada bulan September nanti pemerintah akan mengirimkan ke DPR sehingga masih ada waktu untuk sampai pada awal pembukaan sidang di Januari 2017 revisi UU Pemilu itu akan bisa selesai," imbuh Tjahjo.

    Mengenai revisi UU Penyelenggaraan Pemilu itu sendiri, Tjahjo menerangkan bahwa pemerintah akan memberikan perhatian yang lebih kepada para anggota KPU dalam menjalankan tugasnya. Anggaran kesehatan bagi KPU termasuk yang sedang diusahakan untuk masuk ke dalam revisi UU Penyelenggaraan Pemilu.

    "Dalam merevisi UU tadi kami juga ingin lebih memberikan porsi yang setepat-tepatnya kepada KPU. Anggaran kesehatan KPU itu tidak ada. Itu saya kira untuk bisa dipertimbangkan dengan baik," ujarnya.

    Adapun saat ini, pemerintah melalui Menteri Sekretaris Negara tengah menyeleksi figur yang tepat untuk mengisi posisi ketua panitia seleksi (pansel) KPU dan Bawaslu. Figur ini nantinya diharapkan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

    "Kalau 5 tahun lalu ketua panselnya adalah Mendagri, tapi untuk tahun ini sebaiknya tidak Mendagri. Nanti kalau Mendagri dari partai politik bisa ribut lagi," jelas Tjahjo diikuti dengan tawa para jurnalis yang hadir meliput.

    *E-Rekap dan Undangan Acara AESF*

    Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan komisioner KPU juga mendiskusikan kesiapan penerapan "e-rekap" untuk mempercepat pelaporan di tiap Tempat Pemungutan Suara (TPS).

    "Bagaimana rekap dari tingkat TPS itu bisa cepat diselesaikan dengan baik. Toh penghitungan suara di TPS itu sangat-sangat demokratis, disaksikan oleh seluruh masyarakat," terang Tjahjo.

    Dalam pertemuan tersebut, KPU juga mengundang Presiden Joko Widodo untuk berkenan hadir sekaligus membuka acara Asian Electoral Stakeholders Forum (AESF). Rencananya, acara tersebut akan digelar pada 22-26 Agustus mendatang di Bali.

    "Yaitu pertemuan antara KPU-KPU se-Asia dan LSM atau NGO yg concern di bidang pemilu se-Asia. Kami tadi meminta kepada Pak Presiden untuk berkenan membuka acara itu," ungkap Ketua KPU.

    Jakarta, 9 Agustus 2016 Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden


Top