Bunuh Empat Anaknya, Ayah Nangis Sesunggukan Dilakukan di Depan Istri


SAMARINDA. Sadriansyah menangis sesungguhkan. Sesekali dia menunduk sambil mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya pun menjadi tidak jelas. Dia tidak kuasa menahan haru. Apalagi setelah Hakim Ketua Pengadilan Negeri (PN) Samarinda memintanya menceritakan kembali aksi pembantaian yang dilakukannya terhadap empat buah hatinya sendiri.

Dalam persidangan lanjutan kasus pembunuhan yang terungkap Mei 2015 silam ini, Sardiansyah tampak lebih tenang ketika memberikan keterangan di hadapan majelis hakim, Rabu (11/11) kemarin.
Selain meminta keterangan Sardiansyah, dalam siding yang berlangsung satu jam itu, juga menghadirkan dua saksi. Yakni anak dan istri Sardiansyah.


Pembunuhan yang dilakukan Sardiansyah dilakukan antara tahun 1997 hingga 2008.
Pada 1997 anak pertama bernama Santi Purwasih yang dibunuhnya. Saat itu, usia bayi perempuan itu baru memasuki dua bulan. Hal yang sama juga dilakukan kepada bayinya bernama Saparuddin dan Marhat. Mereka dibunuh saat berusia 2 bulan. Ketiganya dibunuh dengan cara dibekap.


Syahrul menjadi korban terakhir kebiadaban Sardiansyah terhadap anak kandungnya. Proses pembunuhan terhadap Syahrul bahkan lebih keji. Sadriansyah membunuh dengan cara mencelupkannya ke dalam drum berisi air. Namun sebelum itu dilakukan, dia lebih dulu menyiram putranya dengan minyak goreng bekas hingga meregang nyawa.


Sadriansyah mengisahkan alasan dia melakukan perbuatan keji itu. Katanya, saat masih kecil, dia mengaku selalu diperlakukan kasar oleh kakak-kakaknya sepeninggal kedua orang tuanya. Sadriansyah saat itu tidak lagi memiliki orang tua. Dia hidup di antara kakak-kakaknya. Ketika hidup bersama kakak, Sadriansyah mengaku kerap mendapat perlakuan kasar. Sadriansyah  bahkan pernah diancam akan dibunuh jika rewel dan tidak menurut.


“Jika saya menangis, saya diancam dibunuh oleh kakak saya,” kata Sadriansyah di hadapan majelis hakim. Berbekal pengalaman itu membuat mental Sadriansyah rusak. Dia pun sangat jengkel ketika mendengar bayi rewel.”Saya langsung panik dan tanpa sadar membekapnya (anaknya, Red),” tambahnya. Namun Sadriansyah tidak berniat membunuh. “Cuma untuk menghilangkan tangisan bayi saha,” ucap Sadriansyah sambil menangis.


Sadriansyah mengakui bayi perempuan yang berumur dua bulan dibunuh lantaran selalu nangis dan rewel. Saat itulah bayi malang itu langsung dibekap hingga akhirnya menemui ajal. Begitu juga dilakukannya kepada anak kedua dan ketiga. Namun semua dilakukan dengan cara yang berbeda. Ada yang ditutup dengan bantal. Ada pula menggunakan tangan kosong hingga kehabisan nafas. Sementara itu bayi ke empat yang dia bunuh tidak dengan cara dibekap. Tapi diceburkan ke dalam drum berisi air dengan posisi terbalik. Kaki diatas dan kepala di bawah.


Dibantai Depan Istri
Sadriansyah mengaku semua perbuatannya itu dilakukan di depan isterinya. Namun isteri tidak berani berbuat banyak, lantaran sering diancam akan dibunuh.
“Dia (istrinya, Red) tidak berani melapor. Karena saya ancam jika dia melapor,” jelasnya sambil mengusap air matanya.


Dari semua keterangan Sadriansyah, majelis hakim menganggap keterangan yang ia berikan sesuai dengan oleh saksi. Hakim kemudian menutup persidangan dan akan dilanjutkan pada Rabu (18/11), dengan agenda tuntutan terdakwa.


Jaksa Penuntut Umum (JPU) Agus Suprianto menambahkan, keterangan terdakwa di dalam persidangan tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan saksi dalam sidang sebelumnnya. Sebelumnya Sadriansyah juga telah selesai divonis 9 tahun dalam kasus pemerkosaan anak kandungnya sendiri bernama Sania. Sidang yang telah berlangsung selama 4 minggu tersebut akan kembali berlangsung dalam agenda tuntutan.


“Di persidangan inim terdakwa (Sadriansyah, Red) tidak ada mengelak. Keterangan yang dia berikan kepada majelis hakim sama persis dengan keterangan saksi,” pungkas Agus. (rm-2/nha)

 


No comments:

Write a Comment


Top